Our Blog

AL-KINDI (BAPAK PENGEMBANG ILMU PENGETAHUAN)

Nama lengkap al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak al-Kindi. Ia dilahirkan pada tahun 809 M di kota Basrah. Ayahnya, Ishaq bin Saleh menjabat Gubernur Kufah pada masa Khalifah al-Mahdi (775-785M) sampai Khalifah Harun al-Rasyid (786-809M).

Sejak kecil al-Kindi sudah tekun belajar. Melihat hal ini, ayahnya mengirim al-Kindi ke Basrah untuk belajar kepada para ilmuwan Muslim yang banyak bermukin di kota ini. Waktu itu kota Basrah merupakan pusat ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya para ilmuwan dari seluruh penjuru dunia. Di kota ini al-Kindi menghafal al-Qur’an, mempelajari tata bahasa Arab, kesusastraan, ilmu hitumg, ilmu fikih dan ilmu kalam. Namun, ia lebih tertarik kepada ilmu pengetahuan dan filsasat Yunani. Al- Kindi adalah Muslim Arab pertama yang mempelajari filsafat. Karena itu, ia disebut ahli filsafat Muslim.

Pengetahuan lengkap tentang ilmu dan filsafat Yunani hanya bisa diperoleh dengan menguasai dua Bahasa pengantarnya, yaitu Bahasa Yunani dan Syiria. Al -Kindi giat mempelajari kedua bahasa tersebut sehingga ia dapat menerjemahkan buku-buku filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab. Buku terjemahan Al-Kindi disukai orang karena ia mampu menjelaskan hal-hal pelik menjadi mudah. Setelah menyelesaikan sekolahnya di kota Basrah, al-Kindi melanjutkan belajarnya ke kota pusat ilmu pengetahuan lainnya, yaitu kota Bagdad.

Ilmuwan Muda

Selama bermukin di kota Bagdad, Al-Kindi terkenal sebagai seorang ilmuwan muda. Kemasyhurannya ini membuat Al-Kindi dikenal para Khalifah Abbasiyah, muali dari al-Rasyid, al-Ma’mun, al-Mu’tasim, sampai al-Mutawakil. Pada masa pemerintahan al-Rasyid, muncullah para ulama yang melarang kaum Muslim untuk mempelajari ilmu filsafat dari buku-buku Yunani. Menurut mereka, orang Yunani adalah orang – orang yang mengutamakan akal dalam mencari kebenaran. Mereka khawatir kaum Muslim akan terpengaruh oleh filsafat Yunani sehingga menjauhkan mereka dari ajaran al-Qur’an. Namun. Sebagian kaum Muslim tidak suka dengan larangan ini. Menurut mereka, larangan ini akan mempersempit cara berpikir mereka dalam mencari kebenaran.

Al-Kindi terkenal sebagai seorang ilmuwan muda yang berpengetahuan luas. Di samping menguasai Bahasa Arab sebagai Bahasa ibu, Al-Kindi menguasai Bahasa Persi, Yunani, Ibrani, dan India. Ia pun memahami ilmu filsafat, kimia, kedokteran, ilmu falak, ilmu pasti, geometri, ilmu agama, dan logika. Karena keluasan ilmunya ini, Khalifah al-Ma’mun meminta Al-Kindi untuk menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan karya para ilmuwan Yunani. Dengan usaha penerjemahan ini, kaum Muslim tidak tergantung lagi kepada ilmuwan Nasrani yang biasa menerjemahkan buku-buku Yunani tersebut.

Karya-karya Al-Kindi

Al-Kindi mulai membukukan semua disiplin ilmu pengetahuan yang dikuasainya. Ia menulis tujuh buku tentang astronomi, lima belas buku tentang meteorologi, dan lima buku tentang pengobatan. Ketujuh buku astronomi tersebut ditulis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepadanya tentang keadaan planet-planet. Lima belas buku tentang meteorologi, di antaranya membahas alas an mengapa bagian atas atmosfer tetap dingin, sedangakan bagian yang lebih dekat ke bumi tetap panas. Lima buku pengobatan, di antaranya membahas obat penawar racun, penyakit lepra dan pengobatannya, batuk darah, dan lain-lain.

Ia pun menulis buku-buku ilmu pengetahuan lainnya, seperti ilmu hitung, geometri, logika, tentang serangga dan reptil, batu mulia, tentang besi dan baja yang digunakan untuk membuat senjata api, serta buku lainnya sehingga jika dijumlahkan mencapai 270 buku. Namun, Sebagian besar dari buku- bukunya itu hilang, kecuali tiga bukunya tentang music berhasil diselamatkan sampai kini, yaitu Hakikat Pengetahuan tentang Musik, Tentang Melodi, dan Kitab Utama tentang Komposisi Melodi.

Al- Kindi mencapai puncak kemasyhuran pada masa pemerintahan al-Mutawakil (847-861 M). ia dikenal sebagai ilmuwan nyentrik karena ia memelihara banyak Binatang langka di rumahnya yang luas. Ia pun memiliki koleksi buku-buku langka yang disimpannya di perpustakaan pribadi yang mewah. Namun, di balik kemasyhuran itu, Al-Kindi menyadari bahwa ada orang-orang yang membencinya. Al-Kindi meninggal dunia pada tahun 877 M.

Sumber :

H.F Rahadian, (1998). Seri Ilmuwan Muslim 4, Ibnu al-Haitsam. Bandung : Salam Prima Media

Post A Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *