Our Blog

Beningkan Hati Sebening- Beningnya – Agar Selamat Sampai Tujuan

(Menaiki Tangga – Tangga Kebahagiaan)

Setiap manusia mendambakan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat. Namun, jalan menuju keselamatan tidak selalu mudah. Diperlukan kesungguhan hati, kemurnian niat, dan kesadaran diri untuk menempuhnya. Dalam ajaran Islam, ada sepuluh sifat yang menjadi kunci keselamatan dan kebahagiaan, yang jika diamalkan dengan baik, akan membawa seseorang menuju keberuntungan sejati.

Salah satu sifat yang paling utama adalah al-shidq (kejujuran), yang mencakup kejujuran dalam ucapan, niat, tekad, pemenuhan janji, hingga perbuatan. Kejujuran bukan sekadar berkata benar, tetapi juga menjadi pondasi bagi amal dan ibadah yang diterima oleh Allah SWT. Bagaimana kita bisa menerapkan sifat-sifat penyelamat ini dalam kehidupan sehari-hari? Mari kita pelajari lebih dalam.

Sepuluh Sifat yang Menyelamatkan

  1. Tobat
  2. Sabar dan Syukur
  3. Khawf dan Raja’ (Takut dan Harap)
  4. Fakir dan Zuhud
  5. Muraqabah dan Muhasabah
  6. Tawakal
  7. Niat 
  8. Al- Shidq
  9. Ikhlas
  10. Tafakur

Al – Shidq digunakan dalam lima makna: shidq dalam ucapan, dalam niat, dalam ‘azm, dalam al-wafa’ (pemenuhan janji) dan dalam perbuatan.

Keutamaan al – Shidq

Allah berfirman, Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah … (al-Ahzab [33]:23)

Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya al-shidq menunjukkan pada kebajikan, dan kebajikan menunjukkan ke surga. sedangkan kebohongan menunjukkan pada dosa, dan dosa menunjukkan ke neraka.

Di dalam satu riwayat dari Ibn “Abbas disebutkan, “Empat hal yang jika dipunyai oleh seseorang, ia pasti beruntung: al-shidq, rasa malu, perangai yang baik, dan syukur.”

Tingkatan al – Shidq

ada lima tingkatan shidq :

Tingkatan pertama, shidq al-lisan (benar dan jujur dalam ucapan). setiap hamba seharusnya menjaga kata-katanya dan tidak berbicara tanpa kebenaran dan kejujuran.

Tingkatan kedua, shidq dalam niat dan kehendak. ini merujuk pada ikhlas.

Tingkatan ketiga, shidq al-‘azimah (benar nan jujur dalam keteguhan niat untuk berbuat). Manusia seringkali mendahulukan ketetapan hati untuk berbuat sebelum melakukan perbuatan tersebut. ia berbicara di dalam diri, misalnya, “Jika Allah memberiku rezeki berupa harta kekayaan, aku akan menyedekahkan sebagiannya.”  dan jika Allah memberiku kekuasaan, aku akan berbuat adil dalam kekuasaanku dan tidak akan bermaksiat kepada Allah Ta’ala dengan berbuat zalim atau cenderung kepada makhluk.” Ketetapan hati tersebut kadang dibarengi keteguhan, kadang juga dibarengi kebimbangan.

Tingkatan keempat, pemenuhan ketetapan hati untuk berbuat. Dalam hal ketetapan hati untuk berbuat, nafsu bisa mudah dikalahkan, karena tidak ada kesulitan dalam berjanji dan berketetapan hati untuk berbuat, sebab kendalanya sedikit. Namun saat tiba waktunya untuk berbuat dan semua fasilitasnya tersedia, syahwat bergejolak dan keteguhan hatimu tanggal.

Tingkatan kelima, shidq di dalam amal. Yaitu berusaha maksimal hingga amal-amal lahiriyahnya tidak sampai menunjukkan kondisi batinnya. Minimal kondisi batinnya harus sama dengan tampilan lahiriyahnya, atau lebih baik daripada lahiriyahnya. Jangan sampai lahiriyahnya yang lebih baik daripada batiniyahnya. Ada orang yang berpenampilan tenang sementara batinnya tidak demikian. Ini berarti ia tidak jujur dalam tingkah amalnya.  Oleh karena itu, ada sejumlah orang yang memilih untuk memburukkan rupa lahir dan mengenakan baju jelek agar tidak disangka baik karena tampian lahiriah. Wallah a’lam.

Sumber :

Syekh Yahya ibn Hamzah al Yamani. (2012). Pelatihan Lengkap Tazkiyatun Nafs. Jakarta: Zaman

Farid, Ahmad. (2015). Tazkiyatun Nafs Belajar Membersihkan Hati Kepada 3 Ulama Besar. Kartasura Solo: Taqiya Publishing

As-Syafi’I, Imtihan. (2018). Tazkiyatun Nafs Konsep Penyucian Jiwa. Solo: Pustaka Arafah

Post A Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *