Our Blog

AI DAN ETIKA ISLAM

Era baru terkini dunia sedang mengalami masa transisi dan transformasi secara penuh, menuju dunia yang serba digital, atau memasuki era 4.0. Salah satunya pesatnya perkembangan kecerdasan buatan Artificial Intelligence (AI), teknologi yang revolusioner dan dipercaya makin mempermudah banyak aspek kehidupan manusia, mulai dari pendidikan, bisnis dan lainya.


Terdapat beberapa jenis artificial intelligence (AI) yang telah terkenal, yakni; pertama, manipulation artificial intelligence. AI ini sering digunakan dalam penelitian karena sudah dapat menggunakan simbol abstrak yang telah diproses sehingga dapat kita baca. Kedua Neural Artificial Intelligence yang telah terkenal sebagai sebuah jenis kecerdasan buatan sejak tahun 1980. Neural artificial intelligence sendiri menggambarkan pengetahuan melalui neutron buatan yang dihubungkan melalui sebuah proses pembelajaran.


Ketiga neural networks, di mana jenis Ai ini telah diatur sedemikian rupa dalam sebuah simulasi sehingga telah memahami konstruksi dari sebuah perlakuan yang diberikan oleh manusia. Pun perlu disadari dalam kehidupan sehari-hari kita juga telah banyak memanfaatkan teknologi Ai, salah satunya melalui virtual reality ( VR). VR merupakan sebuah teknologi yang memungkinkan kita untuk berinteraksi secara nyata dengan sebuah objek imajinasi yang dibuat oleh sebuah komputer.


Teknologi ini bisa digunakan serta dimanfaatkan dalam banyak bidang serta industri. Selain dapat digunakan untuk bermain games, teknologi Ai yang diimplementasikan dalam program VR juga telah banyak dimanfaatkan dalam proses pembelajaran mahasiswa kedokteran.


Lewat teknologi tersebut mereka dapat melakukan praktik kedokteran pada manusia yang diciptakan oleh komputer agar memberikan visualisasi yang lebih hidup jika dibanding dengan cara konvensional melalui buku. Selain VR akhir-akhir ini juga marak penggunaan teknologi Ai yang diimplementasikan dalam bentuk mobil pintar.

Salah satu contoh mobil pintar yang telah melengkapi mobilnya dengan teknologi Ai adalah Tesla, yang juga merupakan salah satu pelopor di industri tersebut. Dengan cip Al yang ditanamkan, Tesla membuat mobil produksinya dapat menjalankan berbagai sensor, antara lain sensor radar untuk fitur autopilot.
Dengan demikian lantas bagaimanakah agama Islam melihat dan menyikapi hal ini?. Pun muncul pertanyaan lain, mulai dari bagaimana AI selaras dengan nilai-nilai dan etika Islam. Bagaimana Islam memandang AI?. Apakah AI sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan oleh Islam?.


Sejatinya Islam punya etika dan batas-batas nilai untuk membenarkan segala sesuatu yang ada. Terlebih hubungan manusia dan teknologi terdapat hubungan saling menguntungkan dan terus berkembang dari waktu ke waktu. hubungan ini dapat kita temukan di setiap aktivitas manusia tidak akan dapat lepas dari teknologi. Sehingga teknologi saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok.


Mengenai etika dalam Islam, etika atau akhlaq berakar pada Al-Qur’an dan Hadis. Etika Islam menekankan prinsip-prinsip seperti keadilan (adl), kemaslahatan (maslahah), tanggung jawab (amanah), dan niat yang tulus (ikhlas). Dengan demikian teknologi, termasuk AI, harus digunakan untuk mendukung prinsip-prinsip ini.

Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (QS. An-Nahl: 90)

Prinsip ini menjadi landasan untuk mengevaluasi dampak moral dari setiap inovasi teknologi, termasuk AI. Sebagai contoh kemaslahatan (Maslahah)


Islam mendorong segala hal yang mendatangkan manfaat dan menghindari mudharat. Prinsip kemaslahatan mengharuskan bahwa AI digunakan untuk tujuan yang mendukung kesejahteraan umat manusia. Firman Allah:”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Maidah: 2)

AI dapat membawa manfaat besar, seperti mendukung pendidikan Islam, meningkatkan pelayanan kesehatan, atau membantu manajemen zakat dan wakaf. Namun, penggunaannya harus dihindarkan dari hal-hal yang membawa kerusakan, seperti penyebaran informasi palsu, termasuk konten tak bermoral.
AI yang digunakan untuk menyebarkan konten negatif seperti pornografi, hoaks, atau ujaran kebencian melanggar prinsip kejujuran dan kemaslahatan.


Teknologi ini harus diarahkan untuk menyebarkan kebaikan dan mendukung dakwah Islam. Selain itu upaya menciptakan AI yang menyerupai kesadaran manusia menimbulkan dilema, karena hanya Allah yang memiliki hak menciptakan ruh. AI harus dibatasi sebagai alat bantu manusia dan tidak melampaui batas syariah.


Terlebih dalam Islam, segala sesuatu yang diciptakan manusia salah satunya kemajuan teknologi harus memberikan manfaat dan tidak merusak nilai-nilai moral
serta ajaran agama.

Islam mengajarkan kita untuk menjadi khalifah di bumi, yaitu pemimpin dan pengelola alam semesta. Dengan demikian, segala bentuk teknologi, termasuk AI, harus dimanfaatkan untuk kebaikan umat manusia dan tidak merugikan makhluk lainnya.

Referensi:

  1. Kaharuddin dan Zul Amirul Haq, 2024. Kecerdasan Buatan, Aspek perlindungan hukum di era digitalisasi. Jakarta: Kencana.
  2. Riyanto, Dwi. Dkk. Aktualisasi Islam menjawab Problematika Umat. 2023. Malang: CV Pustaka Peradaban.
  3. https://aiandfaith.org/religious-ethics-in-the-age-of-artificial-intelligence-and-robotics-exploring-moral-considerations-and-ethical-perspectives/. Diakses pada 16 Januari 2025

Post A Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *