Allah ta’ala berfirman:
(3) وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ
“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami, niscaya kami akan mengerjakan amal yang shalih yang berbeda dengan yang telah kami kerjakan.” Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (adzab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zhalim seorang penolong pun.” (QS. Fathir: 37)
Penyesalan Orang yang Tidak Beriman
Firman Allah ta’ala:
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا
“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu.” (QS. Fathir: 37)
Yakni berseru dan berteriak dengan suara yang keras, memohon kepada Tuhan mereka:
رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ
“Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami, niscaya kami akan mengerjakan amal yang shalih yang berbeda dengan yang telah kami kerjakan.” (QS. Fathir: 37)
Mereka meminta agar dikembalikan ke dunia untuk mengerjakan amal perbuatan yang berlainan dengan yang telah mereka kerjakan di masa lalu. Allah ta’ala telah mengetahui bahwa seandainya mereka dikembalikan ke dunia lagi, pastilah mereka akan kembali mengerjakan apa yang dilarang bagi mereka melakukannya. Dan sesungguhnya mereka benar-benar dusta dalam pengakuannya itu. Karena itu, Allah ta’ala tidak mengabulkan permintaan mereka.
Oleh karena itulah disebutkan dalam surat ini melalui firman-Nya:
أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ
“Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?” (QS. Fathir: 37)
Artinya, bukankah kamu hidup di dunia dalam masa/usia yang cukup panjang, sehingga andaikata kamu termasuk orang yang mau mengambil manfaat dari perkara yang haq (benar), tentulah kamu dapat memperolehnya dalam usia kalian yang cukup panjang itu!?
Para ahli tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan kadar usia yang dimaksud dalam ayat ini.
Ali bin Al Husain Zainul Abidin mengatakan bahwa usia yang dimaksud adalah 17 tahun.
Qatadah telah mengatakan, “Ketahuilah oleh kalian bahwa panjang usia itu merupakan hujjah, maka kami berlindung kepada Allah agar jangan tertipu karena usia yang panjang. Dan sesungguhnya di antara mereka ada yang diberi usia 18 tahun.
Menurut Al Hasan Al Bashri usia yang dimaksud adalah 40 tahun.
Masruq mengatakan bahwa, “Apabila usia seseorang di antara kalian mencapai 40 tahun, maka hendaklah ia bersikap lebih hati-hati terhadap Allah ta’ala.”
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan bahwa usia yang dijadikan hujjah/alasan oleh Allah ta’ala terhadap anak Adam (manusia) adalah 60 tahun.
Ali radhiyallahu ‘anhu yang mengatakan bahwa usia yang dijadikan alasan oleh Allah untuk mencela mereka (manusia) adalah 60 tahun.
Misteri Usia 60 Tahun
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَقَدْ أَعْذَرَ اللَّهُ إِلَى عَبْدٍ أَحْيَاهُ حَتَّى بَلَغَ سِتِّينَ أَوْ سَبْعِينَ سَنَةً، لَقَدْ أَعْذَرَ اللَّهُ إِلَيْهِ، لَقَدْ أَعْذَرَ اللَّهُ إِلَيْهِ
“Sesungguhnya Allah ta’ala telah memberi udzur terhadap seorang hamba yang telah diberi-Nya usia hingga mencapai 60 atau 70 tahun. Sesungguhnya Allah ta’ala telah memberi udzur terhadapnya, sesungguhnya Dia telah memberi udzur terhadapnya.”
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَعْذَرَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى امْرِئٍ أخَّر عُمْرَهُ حَتَّى بَلَّغَه سِتِّينَ سَنَةً
“Allah ta’ala telah memberi udzur terhadap seorang hamba yang Dia panjangkan usianya hingga mencapai 60 tahun.”
Dalam riwayat lain disebutkan:
مَنْ عَمَّرَه اللَّهُ سِتِّينَ سَنَةً، فَقَدْ أَعْذَرَ إِلَيْهِ فِي الْعُمْرِ
“Barang siapa yang diberi usia 60 tahun oleh Allah, maka sesungguhnya Allah telah memberi udzur terhadapnya karena telah memberinya masa tangguh.”
Mengingat masa 60 tahun merupakan usia yang dijadikan alasan oleh Allah ta’ala terhadap hamba-hamba-Nya dan dijadikan oleh-Nya sebagai hujjah terhadap mereka. Maka batas itulah yang dijadikan patokan bagi kebanyakan usia umat ini, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ، وَأَقَلُّهُمْ مَن يَجُوزُ ذَلِكَ
“Usia (rata-rata) umatku antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun, dan sedikit dari mereka yang melampaui usia tersebut.”
Misteri Peringatan dari Allah
Firman Allah ta’ala:
وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ
“..dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?” (QS. Fathir: 37)
Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, Ikrimah, Abu Ja’far Al Baqir, Qatadah, Sufyan bin ‘Uyainah, bahwa mereka mengatakan yang dimaksud dengan nadzir/pemberi peringatan dalam ayat ini ialah uban.
As-Suddi dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan bahwa yang dimaksud dengan nadzir ialah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Ibnu Zaid sesudah mengatakan pendapatnya membaca ayat berikut, yaitu firman-Nya:
هَذَا نَذِيرٌ مِنَ النُّذُرِ الأولَى
“Ini (Muhammad) adalah seorang pemberi peringatan di antara pemberi-pemberi peringatan yang telah terdahulu.” (QS. An Najm: 56)
Pendapat inilah yang shahih dari Qatadah menurut apa yang diriwayat oleh Syaiban darinya, bahwa Qatadah telah mengatakan, “Allah mengemukakan alasan dan hujjah-Nya terhadap mereka dengan usia dan para rasul.”
Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir, dan pendapat inilah yang kuat.
Adapun firman Allah ta’ala:
فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ
“..maka rasakanlah (adzab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zhalim seorang penolong pun.” (QS. Fathir: 37)
Yakni rasakanlah oleh kalian adzab neraka ini sebagai pembalasan dari perbuatan kalian yang menentang para nabi selama kalian hidup di dunia, maka pada hari ini kalian tidak akan dapat seorang penolong pun yang menyelamatkan kalian dari adzab, siksaan, dan belenggu-belenggu yang mengungkung kalian sekarang.
Nasehat Fudhail bin ‘Iyadh
Imam Fudhail bin ‘Iyadh -ulama besar di masa Tabi’ut Tabiin- (wafat 187 H) pernah bertemu dengan seorang yang sudah tua.
“Berapa usia Anda?” Tanya Fudhail.
“60 tahun,” jawab orang itu.
“Anda selama 60 tahun berjalan menuju Tuhan Anda, dan sebentar lagi Anda akan sampai.” Fudhail berkomentar.
“Innalillahi wainna ilaihi raji’un.” Orang itu keheranan.
“Anda paham makna kalimat itu? Anda paham tafsirnya?” Tanya Fudhail.
“Tolong jelaskan tafsirnya?” Orang itu balik tanya.
“Anda menyatakan: “Innaa lillah (kita milik Allah),” artinya kita adalah hamba Allah dan kita akan kembali kepada Allah. Siapa yang yakin bahwa dia hamba Allah dan dia akan kembali kepada-Nya, seharusnya dia menyadari bahwa dirinya akan berdiri di hadapan Allah. Dan siapa yang meyakini hal ini, dia harus sadar bahwa dia akan ditanya. Dan siapa yang yakin hal ini, dia harus menyiapkan jawabannya.” Fudhail menjelaskan.
“Lalu bagaimana jalan keluarnya?” Tanya orang itu.
“Caranya mudah.” Tegas Fudhail.
“Bagaimana itu?” Tanya orang itu penasaran.
Imam Fudhail bin ‘Iyadh berkata: “Berbuat baiklah di sisa usiamu, dengan itu akan diampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. Karena jika kamu masih rajin bermaksiat di sisa usiamu maka kamu akan dihukum karena dosamu yang telah lalu dan dosamu yang akan datang.” (Hilyah Al Auliya`: 8/113)
Demikian, wallahu a’lam
_______________________
Sumber kitab rujukan dengan sedikit penyesuaian pada tulisan:
- Tafsir Al Qur`an Al ‘Azhim, karya Al Imam Al Hafizh Ibnu Katsir.
- Hilyah Al Auliya` wa Thabaqat Al Ashfiya`, karya Al Imam Abu Nu’aim Al Ashbahani.