Ibnu Khaldun lahir di Tunisia, awal Ramadhan tahun 732 H. Ibnu Khaldun tumbuh dan berkembang sebagai orang yang mencintai ilmu. Pertama- tama, ia menghapal Al- Qur’an lewat bimbingan ayahnya sendiri. Lalu ia mempelajari ilmu hadits, ilmu fiqih, ushul, Bahasa, sastra, sejarah, selain mempelajari filsafat dan ilmu manthiq (logika).
Pemikiran Ibnu Khaldun tentang Pendidikan
Pendidikan menurut Ibnu Khaldun mempunyai pengertian yang cukup luas. Pendidikan bukan hanya merupakan proses belajar mengajar yang dibatasi oleh empat dinding, tetapi Pendidikan adalah suatu proses, di mana manusia secara sadar menangkap, menyerap, dan menghayati peristiwa- peristiwa alam sepanjang zaman.
Setelah mengadakan penelitian, maka Ibnu Khaldun membagi ilmu berdasarkan kepentingannya bagi anak didik menjadi empat macam, yang masing-masing bagian diletakkan berdasarkan kegunaannya dan prioritas mempelajarinya. Empat macam pembagian itu adalah :
- Ilmu agama (Syariat), yang terdiri dari tafsir, hadits, fiqh dan ilmu kalam.
- Ilmu ‘aqliyah, yang terdiri dari ilmu kalam, (fisika), dan ilmu Ketuhanan (metafisika).
- Ilmu alat yang membantu mempelajari ilmu agama (syariat), yang terdiri dari ilmu Bahasa Arab, ilmu hitung dan ilmu-ilmu lain yang membantu mempelajari agama.
- Ilmu alat yang membantu mempelajari ilmu filsafat, yaitu logika.
Menurut Ibnu Khaldun, kedua kelompok ilmu yang pertama itu adalah merupakan ilmu pengetahuan yang dipelajari karena faidah dari ilmu itu sendiri. Sedangkan kedua ilmu pengetahuan yang terakhir (ilmu alat) adalah merupakan alat untuk mempelajari ilmu pengetahuan golongan pertama.
Ibnu Khaldun dikenal sebagai bapak sosiologi dan sejarahwan yang menawarkan gagasan renovasi terhadap cakupan sejarah sekaligus seorang politikus muslim yang banyak memberikan inspirasi bagi terciptanya iklim kehidupaan politik yang bersih. Sejarah menurut Ibnu Khaldun mempunyai fungsi multi dan tujuan mulia. Sebab dengan sejarahlah kita mengenal kondisi bangsa-bangsa terdahulu dalam segi perilaku serta moral politik raja-raja dan penguasa.
Secara hakikat, sejarah mengandung pemikiran, penelitian, dan alasan-alasan detil tentang perwujudan masyarakat dan dasar-dasarnya, sekaligus ilmu yang mendalam tentang karakter berbagai peristiwa. Karena itu, sejarah adalah ilmu yang orisinil tentang hikmah dan layak untuk dihitung sebagai bagian dari ilmu-ilmu yang mengandung kebijaksanaan atau filsafat.
Ilmu sejarah menyebabkan kita dapat mengetahui perilaku dan akhlak umat-umat terdahuli, jejak-jejak para Nabi, para raja dengan kerajaan dan politik mereka sehingga dapat dijadikan pelajaran oleh orang-orang yang mengambil pelajaran, baik dalam urusan dunia maupun urusan agama.
Ibnu Khaldun sangat lihai dalam membaca pergerakan fenomena alam dan sosial, menafsirkannya, dan menyebutkan kesimpulan -kesimpulannya sesuai dengan system dan hukum social yang ia dapatkan dari penelitian. Menurut Ibnu Khaldun, urusan politik, pembangunan, keahlian dan ilmu pengetahuan mempunyai keterkaitan erat dengan agama.
Sumber :
Abdurrahman, Al-Alamah, (2012). Mukaddimah Ibnu Khaldun. Jakarta : Pustaka Al- Kautsar