Our Blog

KEJUJURAN SAMA DENGAN AKHLAK MULIA SEORANG MUSLIM

Dunia ini sudah sangat penuh di huni oleh orang-orang yang berakhlak kurang baik maupun tercela. Bisa kita lihat atau bahkan sering kita jumpai di lingkungan sekitar kita, banyak sekali masyarakat yang berperilaku kasar, angkuh, semena-mena, kadang berkata kotor, menghina ataupun menjatuhkan terhadap saudara-saudaranya.

Namun di lain sisi, kita juga perlu berkhusnudhon atau berpositif thinking bahwa masih banyak juga masyarakat yang menjaga moralnya dengan berlaku dengan arif dan baik, lemah lembut dan senantiasa menolong saudaranya, tentunya, segolongan masyarakat atau lingkungan yang seperti inilah yang sungguh kita dambakan ada di lingkungan kita sehari-hari.

Berbicara tentang akhlak mulia marilah kita menapak tilas peradaban Islam yang telah termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an surat Al-ahzab: 21

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Pada ayat di atas menjelaskan bahwasanya baginda Rasulullah SAW adalah sosok yang patut kita teladani, akhlak dan suri tauladannya yang baik adalah akhlak Islam yang sudah sepatutnya menjadi akhlak kita pula sebagai seorang muslim.

Ada beberapa akhlak mulia yang yang telah diajarkan Islam melalui nabi kita baginda Muhammad Saw. Diantaranya salah satunya adalah JUJUR. Jujur adalah salah satu akhlak yang harus kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Di era sekarang, kejujuran adalah akhlak yang sangat dirindukan oleh sebagian besar kalangan.

Kenapa demikian? Cobalah kita melihat disekitar kita, banyak sekali tindakan ketidakjujuran, mulai dari hal yang kecil atau sepele, sampai kepada hal yang amat besar. Atau cobalah kita lihat pada diri kita sendiri, sudah berapa kali kita berlaku tidak jujur, baik kepada diri sendiri atau kepada orang lain? Apakah perilaku jujur kita lebih banyak daripada ketidakjujuran kita? Atau bahkan sebaliknya.

Jujur adalah akhlak yang kita ketahui bersama dan kita semua tahu kalau sudah selayaknya kita memlihara perilaku tersebut dalam diri kita. Namun, pernyataan tersebut tidaklah semudah kita mempraktikkan akhlak tersebut.

Dalam sebuah hadits, nabi Muhammad berpesan kepada kita selaku umat Islam.

Hendaklah kamu berlaku jujur, karena kejujuran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu akan membawa seseorang ke Surga.” (Bukhori Muslim)

Berlaku jujur jelas akan menghantarkan kita pada pintu surga, sedangkan berlaku bohong atau dusta jutru akan menjauhkan kita dari pintu surga, atau lebih mendekatkan diri kita pada pintu neraka. Sebagai orang yang berakal, jelaslah kita sebagai manusia yang telah Allah karuniakan akal, kita akan memilih mendekat kepada pintu Surga.

Maka dari itu, marilah kita tanamkan akhlak kejujuran tersebut dalam diri kita, karena berani jujur itu baik, kejujuran akan menghantarkan kita pada kebaikan, dan kebaikan yang kita lakukan akan menghantarkan kita pada pintu Surga.

Jika akhlak jujur tersebut sudah tertanam dan menancap dalam diri kita, maka dalam tahap selanjutnya kita akan menjadi orang yang dapat dipercaya, atau dalam istilah agama disebut amanah.

Amanah berarti akhlak dapat dipercaya. Nabi dan rasul adalah manusia yang memiliki sifat amanah dan mampu mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena nabi dan rasul memiliki sifat jujur, mereka dapat dipercaya. Kejujuran yang dimiliki oleh nabi dan rasul menyebabkan mereka dipercaya oleh orang-orang disekitarnya. Mereka menjaga dan melaksanakan amanah yang diterima kapan pun dan di mana pun berada.

Namun, sekali lagi kita harus prihatin. Akhlak amanah ini pula juga merupakan akhlak yang sedang dirindukan oleh sebagian besar kalangan. Setiap hari hamper di seluruh pemberitaan di layar televisi maupun media cetak, kita disuguhi oleh kabar, berita dan informasi yang mengandung unsur kekecewaan atas kinerja beberapa kalangan pemimpin rakyat.

Tindak korupsi, penggelapan uang, penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan adalah salah satu contoh bukti dari ketidakmampuan manusia untuk menginput akhlak amanah dalam dirinya. Ironisnya, mereka para pelaku adalah umat Islam sendiri yang seharusnya justru menjadi agen-agen kebaikan, agen  kejujuran dan amanah dalam lingkungan sekitarnya. Naudzubillahi mindzalik…

Kejujuran yang kita tanamkan dalam diri akan menghantarkan diri kita pada akhlak amanah (dapat dipercaya), sebaliknya jika kita berdusta, maka kita akan tergolong menjadi golongan yang tidak akan dipercaya oleh lingkungan kita.

Nabi Muhammad Saw. sejak sekitar 1500 tahun yang lalu sudah mengingatkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh bukhori dan muslim sebagai berikut.

Dari Abdullah ibn ‘Amr bahwa Nabi Saw bersabda:

“Empat sifat yang barang siapa mengerjakannya, maka ia menjadi munafik tulen, dan barang siapa yang melakukan salah satu dari empat sifat tersebut, maka di dalam dirinya terdapat sifat nifak sehingga ia meninggalkannya. Adapun empat sifat tersebut yaitu: (1) apabila dipercaya, ia berkhianat, (2) apabila berbicara, ia dusta, (3) apabila berjanji, ia tidak menepati, dan (4) apabila bertengkar, ia curang (mau menang sendiri) (HR al-Bukhari dan Muslim) 

Akhlak berkhianat dan dusta adalah akibat dari ketidakadanya kejujuran dan amanah dalam diri kita. Jika itu terdapat dalam diri kita, maka cukup jelaslah bahwa kita termasuk bagian dari orang orang yang munafik sebagaimana yang telah disampaikan oleh baginda rasulullah.

Jika kita tidak ingin menjadi golongan orang yang munafik, maka marilah bersama-sama kita saling mengingatkan dan menasihati dalam kebaikan untuk senantiasa berinstrospeksi diri, bermuhasabah diri, agar diri dan hati kita senantiasa jernih, senantiasa terbuka untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

Kejujuran adalah modal utama bagi hati kita untuk menjadi pribadi yang semakin baik dan semakin memberi kemanfaatan bagi orang-orang disekitar kita. Semoga kita semua adalah tergolong hamba-Nya yang taat dan sholeh sehingga kita senantiasa mendapat naungan dari Allah, dan Allah rela memaafkan segala bentuk kekhilafan dalam hidup kita. Amin ya rabbal alamin.

Post A Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *