Sungguh tujuan Allah ta’ala menciptakan kita sebagai manusia adalah untuk menjadi hamba bagi-Nya. Allah tidaklah butuh kepada kita, namun kitalah yang sangat butuh kepada-Nya. Allah ta’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ (56) مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57)
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.” (QS. Adz-Dzariyat: 56-57)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa maksudnya adalah, “Sesungguhnya Aku menciptakan mereka agar Aku memerintahkan mereka untuk menyembah-Ku, bukan karena Aku membutuhkan mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir)
Ibnu Katsir juga menjelaskan bahwa, “Allah ta’ala menciptakan para hamba agar mereka menyembah-Nya semata tiada sekutu bagi-Nya. Maka barang siapa yang menaati perintah ini, Dia akan membalasnya dengan balasan yang sempurna. Dan barang siapa yang durhaka kepada-Nya, maka Dia akan menyiksanya dengan siksaan yang keras. Dan Allah memberitahukan kepada mereka bahwa Dia tidak membutuhkan mereka, bahkan sebaliknya merekalah yang butuh kepada-Nya dalam semua keadaan mereka. Karena Dialah Yang menciptakan mereka dan Yang memberi mereka rezeki. (Tafsir Ibnu Katsir)
Menjadi hamba Allah, berarti kita hanya mengabdi kepada-Nya dan mempersembahkan semua ibadah kita hanya untuk-Nya, juga tunduk dan patuh terhadap syariat-Nya. Di antara jenis ibadah tersebut adalah shalat. Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ الصَّلاةَ كانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتاباً مَوْقُوتاً (103)
“Sesungguhnya salat itu adalah fardu (kewajiban) yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa: 103)
Kita menegakkan shalat, bukan berarti Allah butuh kepada kita. Seandainya pun seluruh makhluk yang ada di bumi ini tidak ada yang shalat, maka hal itu tidaklah merugikan Allah sama sekali. Bahkan justru hamba yang tidak shalat itulah yang akan merugi, baik di dunia maupun di akhirat. Allah ta’ala berfirman:
وَقَالَ مُوسَى إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الأرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ (8)
“Dan Musa berkata, “Jika kalian dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim: 8)
Allah ta’ala juga berfirman:
وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ
“Dan Allah-lah Yang Mahakaya, sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkannya.” (Muhammad: 38)
Bagaimana tidak? Orang yang ketika hidupnya tidak shalat, sejatinya dia adalah orang yang terputus dari Allah ta’ala. Karena shalat adalah penghubung antara Allah dengan hamba-Nya. Seseorang yang terputus dari Allah, maka dia hidup jauh dari rahmat dan kasih sayang-Nya, jauh dari keberkahan dan ketenangan hidup, dia tersesat dan tidak tahu arah tujuan hidupnya. Hidupnya layaknya makhluk yang hanya makan, tidur, beranak lalu mati. Allah ta’ala berfirman:
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا (59)
“Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. ” (QS. Maryam: 59)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan, “Apabila mereka menyia-nyiakan salat, berarti terhadap kewajiban-kewajiban lainnya lebih menelantarkan lagi; karena salat adalah tiang agama dan pilar penyanggahnya serta amal yang paling baik. Akibatnya mereka menjadi orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya dan memburu kesenangan serta rela dengan kehidupan dunia; mereka merasa tenang dengan kehidupan dunia. Orang-orang yang berperangai demikian kelak akan menemui kesesatan, yakni kerugian di hari kiamat.” (Tafsir Ibnu Katsir)
Allah ta’ala juga berfirman terkait penyebab seseorang dimasukkan ke dalam neraka:
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ (38) إِلَّا أَصْحَابَ الْيَمِينِ (39) فِي جَنَّاتٍ يَتَسَاءَلُونَ (40) عَنِ الْمُجْرِمِينَ (41) مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ (42) قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ (43)
“Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan, berada di dalam surga, mereka saling menanyakan, tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa, “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab, “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat.” (QS. Al-Muddatstsir: 38-43)
Padahal setelah kematian yang datang secara tiba-tiba itu, yang Allah tanyakan pertama kali kepada kita adalah shalat. Bagaimana mungkin kita mampu menghadap Allah sedangkan kita tidak shalat? Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ
“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi.” (HR. At-Tirmidzi, An-Nasai: 466. Al-Hafizh Abu Thahir menshahihkan hadits ini)
Mumpung kesempatan masih ada, mumpung kesehatan masih dirasa, mumpung ajal belum tiba; tidak ada kata terlambat untuk bertaubat. Jika memang belum bisa menguasai bacaan & gerakan shalat, jangan enggan untuk belajar. Terlebih lagi di zaman sekarang, -alhamdulillah- sarana untuk belajar semakin mudah. Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ
“Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (QS. At-Tahrim: 8)
Semoga Allah senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin