Our Blog

Nilai Ramadhan, Untung atau Rugi ?

Hari berganti, bulan berganti, jika diizinkan oleh Allah SWT, kita akan kembali berjumpa dengan bulan yang mulia, Ramadhan. Di sana sini, di hampir semua sudut dan penjuru, sejauh mata kita memandang, kita akan menjumpai sebuah iklim yang sangat hangat, indah dan dipenuhi dengan kesejukkan.

Sihir Ramadhan

Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan keistimewaan. Salah satunya keistimewaan tersebut adalah mampu mengubah kebiasaan dan pola hidup masyarakat dengan cukup drastis. Terkadang dibulan Ramadhan, sebagian besar Muslim akan lebih menjaga diri, baik dalam bertutur, dalam bersikap, dalam berperasaan, semuanya akan menjadi terjaga, terbungkus rapat-rapat dan penuh dengan kehati-hatian. Memang sangat indah sekali efek bulan Ramadhan bagi kehidupan masyarakat, khususnya dalam hal perbaikan akhlak dan karakter.

Coba kita bayangkan, seandainya iklim Ramadhan ini tidak memiliki batas waktu, maka otomatis akan kita nikmati bersama-sama kehidupan bermasyarakat yang adem, sejuk dan hangat. Kita akan mampu merasakan suasana surga dalam kehidupan dunia. Ketika etika dan tata krama di junjung tinggi, kehati-hatian dalam bersikap menjadi pijakan, bersahutan tutur yang lembut dan penuh kesejukan, petuah dan nasihat baik bertebaran di mana-mana, tangan begitu ringannya menjabat tangan yang lain, tanpa mengenal batasan strata jabatan maupun status sosial.

Iklim kehidupan seperti itulah setidaknya yang menjadi cita-cita luhur setiap manusia. namun ironisnya, jika kita amati, bulan Ramadhan seakan hanya menjadi kegiatan seremonial, kegiatan tahunan, bulan perayaan yang tidak ada bedanya dengan hari-hari seremonial lainnya. Jika bulan Ramadhan pergi, maka watak dan karakter yang sudah baik selama bulan Ramadhan, perlahan mulai ditinggalkan pula. Bukankah demikian ? semoga kita tidak.

Harus Lebih Baik

Kemarin adalah masa lalu, hari ini adalah realita, dan esok adalah cita-cita. Ramadhan tahun kemarin sudah berlalu, Ramadhan tahun ini sedang kita nanti. Jangan sampai Ramadhan hanya menjadi stasiun pemberhentian sesaat, lantas pergi begitu saja tanpa ada bekas perubahan sikap dan tingkah laku kita sebagai seorang muslim.

Sudah selayaknya dan saatnya kita untuk menjadi pribadi yang semakin baik, menjadi pribadi yang semakin kuat iman dan taqwanya, menjadi pribadi yang mampu memberi kemanfaatan, menjadi pribadi yang mampu mengolah rasa hati, rasa lidah dan rasa pikiran. Rasanya kok eman-eman jika selama Ramadhan esok kita sudah berupaya untuk memperbaiki diri, meningkatkan kualitas dan kuantitas iman dan taqwa kita, namun setelah usai, kita lantas lupa diri.

Semoga kita menjadi pribadi yang beruntung, hari ini lebih baik dari hari kemarin.

Post A Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *