JANGAN MENJADI BUDAK RAMADHAN !

Bulan Ramadhan menjadi bulan yang sangat berharga bagi seorang Muslim. Momentum bulan suci Ramadhan sering dijadikan sebagai waktu dimana kaum muslim berbondong-bondong, berlomba untuk meningkatkan ibadah dan ketaqwaan kepada Allah Swt. Peningkatan tersebut diantaranya dengan memperbaiki kualitas ibadah shalat, memperbanyak shalat sunnah, bersedekah, hingga memperbaiki diri dengan menahan segala nafsu yang ada dalam diri. Fenomena tersebut merupakan hal yang sangat luar biasa bagi seorang muslim. Namun, bagaimana jika bulan Ramadhan telah berlalu ?

        Coba kita lihat masjid yang berada didekat rumah kita, apakah jamaahnya masih seramai bulan Ramadhan? apakah toa masjid masih ramai berkumandang ayat-ayat Al qur’an? Atau cobalah kita lihat diri kita, apakah masih menjaga ibadah shalat ? apakah masih menyempatkan waktu untuk tadarus Al-Qur’an ? apakah kita masih rela dan mampu untuk menyedekahkan sebagian harta ? Apakah hati kita masih sama sabarnya ketika bulan Ramadhan? Apakah lisan kita masih bisa menahan untuk tidak menggunjing orang? Apakah shalat malam kita masih terjaga ? dan cobalah dibuat pertanyaan-pertanyaan pembanding lain antara bulan Ramadhan dengan kondisi saat ini.

        Jika saat ini kita jumpai aktivitas kegamaan yang menurun dan berbeda secara signifikan, maka secara tidak disadari kita sudah menjadi hamba dari bulan Ramadhan. Hal tersebut karena kita akan berubah dan memperbaiki diri secara ibadah keagamaan hanya pada bulan Ramadhan saja. Setelahnya, kita lupa dan kembali pada kepribadian masing-masing, bahkan tanpa adanya bekas positif yang harus kita pertahankan.

Mari kita renungkan kembali nasihat ulama salaf berikut:

“Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal Allah, kecuali di bulan Ramadhan. Jadilah engkau hamba Allah Ta’ala, janganlah engkau menjadi hamba Ramadhan.”         Ramadhan sudah berlalu, namun bukan alasan kita juga meninggalkan ibadah-ibadah khusyu di bulan Ramadhan. Mari kita tetap mempertahankan ibadah shalat kita, shalat sunnah kita, tetap menjaga hati dan lisan, kesabaran dan semangat meningkatkan Ibadah dan ketaqwaan kita kepada Allah. Sehingga kita tidak menjadi hamba Ramadhan saja, tetapi tetap menjadi hamba Allah yang taat dan patuh kapanpun dan dimanapun.

(Oleh: Imron Wafdurrahman, M.Pd)

Tinggalkan Balasan