You are currently viewing Perlukah merendahkan suara ketika adzan?

Perlukah merendahkan suara ketika adzan?

(oleh : Nafhan Akhsyanova, santri kelas IX)

Pendapat saya tentang penggunaan mikrofon saat menggumandangkan adzan, Saya setuju dengan itu, akan tetapi saya kurang setuju dengan pembatasan yang terlalu kecil volumenya, Mengapa demikian?

  1. Karena adzan merupakan syiar Islam, semakin keras dan lantang suara adzan maka bagus dan menandakan bahwa islam itu ada
  2. Semakin jauh adzan itu berkumandang, maka semakin banyak yang menjadi saksi muadzin di akhirat
  3. Jika volume suara adzan dibatasi maka bagaimana yang berada di pedesaan/pelosok-pelosok untuk mengetahui waktu sholat, ya mungkin ada Sebagian besar orang yang pintar dalam sains jadi mereka bisa memperkirakan kapan waktu sholat, tapi bagaimana yang tidak tahu tentang itu. Terutama yang berada di pelosok-pelosok yang minoritas muslim
  4. Jika suara kerasnya volume adzan menggangu, apakah ada tetangga sebelah yang protes? Pastinya setiap pengelola masjid tau berapa volume adzan yang dibutuhkan menyesuaikan tempat dan keadaan setempat. Jadi pembatasan ini tidak bisa disamaratakan untuk seluruh masjid.
  5. Kalua ada muslim yang terganggu dengan suara adzan berarti ada yang salah dengan orang tersebut dan juga ada yang salah dengan keimanannya. Allah ta’ala berfirman :

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal (Q.S. Al-Anfal :2)

(oleh : Naufal Adib, santri kelas IX)

Adzan dengan suara rendah? Kenapa?

Apakah dengan suara rendah bisa membangunkan manusia dikala subuh untuk melaksanakan kewajiban jika dengan suara tinggi saja masih banyak yang terlelap dalam mimpinya.

Apakah dengan suara rendah bisa menghentikan kegiatan manusia dikala duhur jika dengan suara tinggi saja masih banyak yang lalai dengan sholatnya.

Apakah dengan suara rendah bisa menggerakkan manusia dalam menjalankan kewajiban-Nya, jika dengan suara tinggi saja masih banyak yang mengabaikan perintah-Nya.

Apakah dengan suara rendah bisa meramaikan masjid jika dengan suara tinggi saja masih banyak yang mengabaikan Panggilan-Nya.

Apakah dengan suara rendah akan jadi solusi ataukan akan menjadi beban di akhirat nanti.

فَارْفَعْ صَوْتَكَ بِالْاَذَانِ فَاِنَّهُ لَا يَسْمَعُ صَوْتَ الْمُؤَذِّنِ اِنْسٌ وَلَا جِنٌّ اِلَّا شَهِدَلَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

maka keraskanlah suara adzanmu. Karena sesungguhnya tidak mendengar suara muadzin, manusia dan tidak juga jin kecuali akan bersaksi atas muadzin di hari kiamat (HR. Bukhori)

(oleh : Chandra Anastasia, santriwati kelas X)

Pendapat saya itu sangat tidak wajar dikarenakan manusia mengumandangkan suara adzan dengan akal dan juga pikiran, suara adzan itu suara yang dilantunkan dengan nada dan asma-asma Allah yang indah untuk memanggil umat islam untuk beribadah. Beda dengan suara anjing yang menggonggong tanpa menggunakan akal dan tanpa mengenal waktu. Apakah demikian pantas disamakan dengan suara adzan? Coba dipikirkan misalnya suara manusia disamakan dengan gonggongan anjing dan jelas-jelas itu adalah suara hewan. Apakah kita sebagai manusia menerima begitu saja. Islam mengumandangkan adzan juga mempunyai waktu tertentu. Sama halnya dengan agama lain apabila beribadah pasti mempunyai cara masing-masing dalam beribadah.

Tinggalkan Balasan