ETOS KERJA SEORANG MUSLIM

Etos Kerja

Etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. (Lihat KBBI)

Jadi etos kerja seorang muslim adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan juga keyakinannya.

Perintah Bekerja dalam Islam

Allah ta’ala berfirman :

وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الأرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ (10)

“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagi kalian di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kalian bersyukur.” (QS. Al A’raf : 10)

Ibnu Katsir mengatakan :

“Dia telah menjadikan bagi mereka di bumi itu penghidupan mereka, yakni mata pencaharian serta berbagai sarananya sehingga mereka dapat berniaga padanya dan dapat membuat berbagai macam sarana untuk penghidupan mereka.” (Tafsir Ibni Katsir)

Allah ta’ala juga berfirman :

وَجَعَلْنَا النَّهارَ مَعاشاً (11)

“Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan.” (QS. An Naba : 11)

Ibnu Katsir mengatakan :

“Kami menjadikannya terang benderang agar manusia dapat melakukan aktivitasnya untuk mencari upaya penghidupan dengan bekerja, berniaga, dan melakukan urusan lainnya.” (Tafsir Ibni Katsir)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

“Tidak ada seorang yang memakan satu makananpun yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud alaihissalam memakan makanan dari hasil usahanya sendiri.” (HR. Al Bukhari : 2072)

Tujuan Bekerja dalam Islam

Allah ta’ala berfirman :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ (56)

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz Dzariyat : 56)

Hakikat tujuan bekerja dalam Islam adalah untuk beribadah kepada Allah ta’ala, bukan untuk mencari materi dunia semata, apalagi sampai menjadi budak dunia. Nilai ibadah dalam bekerja dapat kita lihat pada 3 hal, yaitu :

1. Bekerja menafkahi diri sendiri, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda :

ابْدَأْ بِنَفْسِكَ فَتَصَدَّقْ عَلَيْهَا فَإِنْ فَضَلَ شَيْءٌ فَلِأَهْلِكَ فَإِنْ فَضَلَ عَنْ أَهْلِكَ شَيْءٌ فَلِذِي قَرَابَتِكَ فَإِنْ فَضَلَ عَنْ ذِي قَرَابَتِكَ شَيْءٌ فَهَكَذَا وَهَكَذَا يَقُولُ فَبَيْنَ يَدَيْكَ وَعَنْ يَمِينِكَ وَعَنْ شِمَالِكَ

“Mulailah dari dirimu sendiri, berilah sedekah (nafkah) kepadanya, apabila masih ada sisanya maka untuk keluargamu, jika masih tersisa, maka untuk kerabatmu, dan jika masih tersisa, maka untuk orang-orang disekitarmu.” (HR. Muslim : 997)

2. Bekerja menafkahi keluarga, hal ini berdasarkan hadits di atas dan juga hadits :

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut.” (HR. Al Bukhari : 893)

3. Bekerja untuk masyarakat, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda :

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, Ath Thabrani, Ad Daruquthni. Hadits ini dihasankan oleh Al Albani di dalam Shahihul Jami’ : 3289)

Etika Bekerja dalam Islam

         Ada beberapa etika yang selayaknya diperhatikan oleh seorang muslim tatkala ia bekerja, yaitu:

1. Memilih pekerjaan yang halal dan menghindari sesuatu yang syubhat (rancu), Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda :

إِنَّ الْحَلَالَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ فَمَنْ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ

“Sesungguhnya yang halal telah jelas dan yang haram telah jelas. Dan di antara keduanya ada perkara yang tidak jelas (syubhat), yang tidak diketahui kebanyakan orang, maka barangsiapa menjaga dirinya dari melakukan perkara yang meragukan, maka selamatlah agama dan harga dirinya, tetapi siapa yang terjatuh dalam perkara syubhat, maka dia terjatuh kepada keharaman.” (HR. Muslim : 1599)

2. Bekerja dengan ikhlas karena Allah ta’ala, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda :

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan.” (HR. Al Bukhari : 1, Abu Dawud : 2201)

3. Bekerja dengan profesional (itqanul amal), Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda :

إن الله يحب إذا عمل أحدكم عملا أن يتقنه

“Sesungguhnya Allah cinta apabila salah seorang dari kalian melakukan pekerjaan maka dia lakukan secara profesional.” (HR. Ath Thabrani, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah)

4. Bekerja dengan jujur dan amanah, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda:

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Wajib atas kalian harus berlaku jujur, karena kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah. Dan hindarilah dusta, karena kedustaan itu akan menggiring kepada kejahatan dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah.” (HR. Muslim : 2607)

Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam juga bersabda :

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Tanda-tanda munafiq ada tiga; jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat dia khianat.” (HR. Al Bukhari : 33)

5. Pekerjaan jangan sampai melalaikan dari belajar ilmu agama, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda :

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah : 224, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)

Kesimpulan

Bekerja mencari nafkah bagi seorang muslim merupakan perintah Allah dan wujud ibadah kepada-Nya. Bekerja bagi seorang muslim bukanlah untuk mencari dunia semata, apalagi sampai diperbudak olehnya. Seorang muslim dalam pekerjaannya akan senantiasa berpegang teguh dengan prinsip Islami, ia hanya akan memilih pekerjaan yang jelas kehalalannya dan menghindari pekerjaan yang masih rancu (syubhat), ia juga akan melakukan pekerjaan dengan ikhlas, profesional, jujur dan amanah. Dan sesibuk apapun dia dalam bekerja, dia tetap akan meluangkan waktunya untuk mengaji ilmu agama.

Wallahu a’lam

Tinggalkan Balasan